JAKARTA, KEMENHUB (initogel) — Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI mengumumkan keberhasilan diplomasi Indonesia di tingkat internasional. International Civil Aviation Organization (ICAO) telah memberikan persetujuan untuk penggunaan limbah minyak kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME) sebagai bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan.
Persetujuan ini merupakan tonggak sejarah bagi industri penerbangan Indonesia, membuka jalan bagi produksi massal Biofuel dari sawit yang ramah lingkungan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam energi terbarukan global.
I. Pengakuan Internasional atas Biofuel Indonesia
Persetujuan dari ICAO, badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengatur standar penerbangan global, sangat penting karena memberikan legitimasi teknis dan lingkungan.
SAF Berbasis Sawit: SAF yang dikembangkan dari limbah sawit (POME) kini diakui ICAO sebagai bahan bakar alternatif yang memenuhi standar keberlanjutan global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor penerbangan.
Mendukung CORSIA: Keputusan ini secara langsung mendukung skema Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) ICAO, di mana maskapai diwajibkan mengurangi emisi karbon. SAF dari sawit kini menjadi solusi yang diakui.
Potensi Ekonomi: Dengan adanya persetujuan ini, pasar global untuk produk turunan sawit Indonesia semakin meluas, tidak hanya terbatas pada sektor pangan atau energi darat.
II. Langkah Strategis Kemenhub dan Pemerintah
Menteri Perhubungan, [Budi Karya Sumadi], menyambut baik keputusan ICAO, menyebutnya sebagai hasil kerja keras riset dan diplomasi multisektor.
“Ini adalah pengakuan terhadap upaya Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) dan diversifikasi energi. Kami akan segera berkoordinasi dengan [Kementerian ESDM] dan [Simulasi: Kementerian BUMN] untuk mempercepat pembangunan fasilitas produksi SAF berbasis POME ini,” ujar Menteri Perhubungan.
Pemerintah menargetkan produksi SAF dari sawit dapat dimulai secara komersial dalam [dua tahun] ke depan, untuk memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor.
III. Mengatasi Tantangan dan Isu Lingkungan
Meskipun mendapat persetujuan, tantangan logistik dan isu keberlanjutan sawit tetap harus diatasi. Indonesia berkomitmen untuk memastikan bahan baku SAF ini berasal dari perkebunan sawit yang telah tersertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) atau standar berkelanjutan lainnya.